Tema Besar Dalam Filsafat
Apa saja tema besar dalam Filsafat?
Seiring dengan berkembangnya manusia dan ilmu pengetahua, maka filsafat
dapat dikatakan sebagai suatu ilmu. Ilmu filsafat mengkaji seluruh
fenomena yang terjadi dalam kehidupan manusia. Fenomena ini dapat
diarahkan melalui 3 tema besar dalam filsafat, yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
1. ONTOLOGI
Ontologi adalah bagian metafisika yang mempersoalkan tentang hal-hal
yang berkenaan dengan segala sesuatu yang ada atau the existence
khususnya esensinya. Dalam dictionary of philosophy, James K. Frebleman
mengatakan bahwa ontologi adalah “The Theory of Being Qua Being” teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan. Menurut Aristoteles, ontologi
adalah The First of Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.
Dari sekian definisi dapat disimpulkan bahwa ontologi adalah salah satu
bagian penting dalam filsafat yang membahas atau mempermasalahkan
hakikat-hakikat semua yang ada, baik abstrak maupun riil.
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan
berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang
bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat
ontologis, seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masanya,
kebanyakan orang belum dapat membedakan antara penampakan dan kenyataan.
Hakekat kenyataan atau realitas bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang, yaitu:
a. Kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak.
b. Kualitatif,
yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut
memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna
kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara
sederhana ontologi bisa dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari
realitas atau kenyataan konkret secara kritis. Beberapa aliran dalam
bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, dan empirisme.
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan ontologi adalah:
a) yang-ada (being)
b) kenyataan/realitas (reality)
c) eksistensi (existence)
d) esensi (essence)
e) substansi (substance)
f) perubahan (change)
g) tunggal (one)
h) jamak (many)
Menurut Suriasumantri (1985), ontologi
membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin
tahu, atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang
“ada”. Telaah ontologis akan menjawab pertanyaan-pertanyaan, seperti:
· Apakah obyek ilmu yang akan ditelaah
· Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut, dan
· Bagaimana
hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
Ontologi berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik, dan sebagainya).
2. EPISTEMOLOGI
Epistemologi (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos(kata/pembicaraan/ilmu)
adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter, dan
jenis pengetahuan. Epistemologi mempelajari tentang apa
itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta
hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Menurut Donny Gahral, epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji
hakikat pengetahuan, khususnya 4 pokok persoalan pengetahuan, seperti
keabsahan, struktur, batas, dan sumber. Pengetahuan yang dikaji dalam
epistemologi adalah pengetahuan dalam arti seluas-luasnya, termasuk
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Epistemologi juga merupakan
dasar dari filsafat ilmu pengetahuan dalam membagi pengetahuan menjadi
pengetahuan ilmiah, dan pengetahuan sehari-hari, serta menentukan cara
kerja yang tepat untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
Epistemologi membahas tentang pengetahuan yang akan didapat manusia
sesuai dengan kebutuhannya. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia
melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya metode
induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis, dan
metode dialektis. Berdasarkan epistemologi, manusia akan mencari tahu
tentang apa saja batas-batas pengetahuan, bagaimana struktur
pengetahuan, bagaimana keabsahannya, dan dari mana sumbernya. Pada
dasarnya, manusia selalu ingin tahu tentang sesuatu dan ia akan mencari
tahunya , sehingga dengan demikian pengetahuannya akan bertambah.
3. AKSIOLOGI
Aksiologi berasal dari kata axios yakni dari bahasa Yunani yang berarti nilai danlogos yang
berarti teori. Dengan demikian, aksiologi adalah “teori tentang nilai”
(Amsal Bakhtiar, 2004: 162). Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat, nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti
politik, sosial, dan agama. Sistem mempunyai rancangan bagaimana
tatanan, rancangan, dan aturan sebagai satu bentuk pengendalian terhadap
satu institusi dapat terwujud.
Aksiologi mengkaji tentang norma dan nilai dalam kehidupan manusia,
berkaitan dengan “yang baik” dan “yang buruk”, juga tentang ukuran norma
atau nilai apa saja yang mendasarinya.
Nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan, dan dicita-citakan.
Sedangkan norma adalah pedoman dan aturan berperilaku dengan
sanksi-sanksi yang dapat menuntut seseorang, kelompok, dan masyarakat
untuk mencapai dan mewujudkan suatu nilai. Nilai-nilai dalam hidup
manusia memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah:
· Nilai berfungsi sebagai petunjuk arah
· Nilai berfungsi sebagai benteng perlindungan
· Nilai berfungsi sebagai motivator
Menurut penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa tema besar dalam
ilmu filsafat, meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi membahas tentang keberadaan sesuatu yang konkret dan nyata, epistemologi membahas tentang pengetahuan yang dimiliki manusia berdasarkan kebutuhannya, dan aksiologi membahas tentang nilai dan norma, tentang yang baik dan yang buruk yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar