1. Apa yang melandasi pemikiran
materialisme? Dan apa kaitannya dengan eksistensialisme?
Jawab:
Aliran materialisme muncul pada pertengahan kedua abad ke 19,
melalui tokohnya Ludwig Feuerbach ( 1804 – 1872 ) yang berasal dari Jerman. Dia
sebenarnya adalah seorang dari sayap kiri pengikut Hegel. Menurut Feuerbach,
hanya alamlah yang berada. Oleh karena itu, manusia adalah makhluk yang
alamiah. Segala usahanya didorong oleh nafsu alamiahnya, yaitu dorongan untuk
hidup. Yang terpenting pada manusia bukan akalnya, tetapi usahanya. Sebab
pengetahuan hanyalah alat untuk menjadikan segala usaha manusia berhasil.
Kebahagiaan manusia dapat dicapai di dalam dunia ini. Oleh karena itu agama dan
metafisika harus ditolak. Materialisme mengajarkan bahwa manusia pada akhirnya adalah thing, benda, sama seperti benda-benda lainnya. Bukan berarti bahwa manusia
sama dengan pohon, kerbau, atau meja, sebab manusia dipandang lebih unggul. Akan
tetapi, secara mendasar manusia dipandang hanya sebagai materi, yakni hasil
dari proses-proses unsur kimia. Filsafat eksistensialisme memberikan kritik terhadap pandangan seperti ini. Cara pandang paham materialisme
seperti ini mereduksi totalitas manusia. Manusia
dilihat hanya menurut hukum-hukum alam, kimia, dan biologi, sehingga seolah sama seperti hewan, tumbuhan, dan benda lain. Padahal
manusia memiliki kompleksitas dirinya yang tak dapat diukur, misalnya saja
ketika berhadapan dengan momen-momen eksistensial seperti pengambilan keputusan,
kecemasan, takut, dan sebagainya.
2. Bagaimana jika orang yang
sudah mencapai tahap menderita, tidak aktif untuk bangkit, malah terpuruk?
Jawab:
Seharusnya
dengan keadaan seperti itu, orang-orang di sekitarnya memberi dukungan dan
motivasi.
3. Apakah hanya orang yang menderita
yang bisa aktif untuk bangkit? Bagaimana dengan orang yang selalu bahagia? Apakah
dia tidak bisa menemukan jati dirinya?
Jawab:
Tergantung
kondisi orang tersebut. Jika orang tersebut bisa maju dan berkembang dari yang
sebelumnya, maka orang tersebut sudah menemukan jati dirinya.
4. Apa inti dari ajaran
Eksistensialisme? Jelaskan!
Jawab:
Inti
ajaran ini adalah respek terhadap individu yang unik pada setiap orang.
Eksistensi mendahului esensi. Kita lahir dan eksis lalu menentukan dengan bebas
esensi kita masing-masing. Setiap individu menentukan untuk dirinya sendiri apa
itu yang benar, salah, indah dan jelek. Tidak ada bentuk universal, setiap
orang memiliki keinginan untuk bebas (free will) dan berkembang. Pendidikan
seyogyanya menekankan refleksi yang mendalam terhadap komitmen dan pilihan
sendiri.
5. Bagaimana awal mula
munculnya Eksistensialisme?
Jawab:
Munculnya
eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard
Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah
aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi
krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan
jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang
autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam
kehidupan.
6. Sebutkan salah satu tokoh
eksistensialisme islam dan pemikirannya! Jelaskan!
Jawab:
Tokoh eksistensialisme islam salah satunya Syeikh
Siti Jenar. Ia mengatakan bahwa:
· Allah
itu adalah keadaanku, lalu mengapa kawan-kawanku sama memakai penghalang? Dan
sesungguhnya aku ini adalah haq Allah pun tiada wujud dua; saya sekarang adalah
Allah, nanti Allah, dzahir bathin tetap Allah, kenapa kawan-kawan masih memakai
pelindung?.
·
…..
padahal sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur lebur bercampur
tanah. Lain jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani, Maha
Sakti dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu pangeran saya, yang
mengusai dan memerintah saya, yang bersifat wahdaniyah,
artinya menyatukan diri denga ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara melebihi
peluru atau anak sumpit, bukan budi bukan nyawa, bukan hidup tanpa asal dari manapun,
bukan pula kehendak tanpa tujuan. Dia itu yang bersatu padu dengan wujud saya.
Tiada susah payah, kodrat dan kehendak-Nya, tiada kenal rintangan, sehingga
pikiran keras dari keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga
saya kearif-bijaksanaan saya menjumpai ia sudah ada di sana.
7. Apakah filsafat
eksistensialisme sama dengan filsafat eksistensi?
Jawab:
Sebagai
aliran filsafat, eksistensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi. Paham
Eksistensialisme secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya sendiri,
sedangkan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagai arti katanya, yaitu:
“filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.”
8. Apa yang mendasari
Friedrich Nietzsche mengatakan bahwa manusia harus memiliki keinginan untuk
berkuasa?
Jawab:
Kehendak untuk berkuasa merupakan pemikiran puncak Nietzsche. Untuk mendobrak mentalitas manusia Barat
yang menurutnya memiliki “moralitas budak” (slave morality). Nietzsche
dan Sartre sering disebut sebagai tokoh eksistensialis yang ateis, akan tetapi
dengan argumentasi yang berbeda. Meskipun Nietzsche dan Sartre disebut sebagai
eksistensialis yang ateis, akan tetapi tetap tertarik untuk membicarakan
masalah moral, walaupun dalam bentuk
pendobrakan (dekonstruksi) moral religius. Kaum Eksistensialisme termasuk
pemikir yang paling banyak mambahas masalah moralitas
selama abad abad XX. Nietsche sebagai seorang eksistensialis menarik kesimpulan
tegas dengan menyatakan bahwa moralitas Barat adalah moralitas budak. Nietzsche
berpendapat bahwa agama Kristen memberi dasar dan senjata bagi orang lemah.
9. Sebutkan alasan –alasan berkembangnya aliran materialisme!
Jawab:
Ada beberapa alasan mengapa aliran materialisme ini dapat
berkembang, diantaranya :
1. Pada pikiran yang masih
sederhana, apa yang kelihatan, yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran
terakhir. Pikiran yang masih sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar
ruang yang abstrak.
2. Penemuan-penemuan
menunjukan betapa ketergantungannya jiwa pada badan. Maka peristiwa jiwa selalu
dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dari peristiwa ini.
3. Dalam sejarahnya,
manusia memang bergantung pada benda, seperti padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul
dari situ. Kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah
benda.
1 10. Sebutkan
dan jelaskan 3 bentuk eksistensi menurut Kierkegaard!
Jawab:
Kierkegaard membedakan tiga bentuk
eksistensi, yaitu estetis, etis, dan religius.
· Eksistensi estetis menyangkut
kesenian, keindahan. Manusia hidup dalam lingkungan dan masyarakat, karena itu
fasilitas yang dimiliki dunia dapat dinikmati manusia sepuasnya. Disini
eksistensi estetis hanya bergelut terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan
kenikmatan pengalaman emosi dan nafsu. Eksistensi ini tidak mengenal ukuran
norma, tidak adanya keyakinan akan iman yang menentukan.
· Eksistensi etis. Setelah manusia
menikmati fasilitas dunia, maka ia juga memperhatikan dunia batinnya. Untuk
keseimbangan hidup, manusia tidak hanya condong pada hal-hal yang konkrit saja
tapi harus memperhatikan situasi batinnya yang sesuai dengan norma-norma umum.
Sebagai contoh untuk menyalurkan dorongan seksual (estetis) dilakukan melalui
jalur perkawinan (etis).
· Eksistensi religius. Bentuk ini
tidak lagi membicarakan hal-hal konkrit, tetapi sudah menembus inti yang paling
dalam dari manusia. Ia bergerak kepada yang absolut, yaitu Tuhan. Semua yang
menyangkut Tuhan tidak masuk akal manusia. Perpindahan pemikiran logis manusia
ke bentuk religius hanya dapat dijembatani lewat iman religius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar