Senin, 07 Desember 2015

Laporan Diskusi kelompok 6

      1. Apa yang melandasi pemikiran materialisme? Dan apa kaitannya dengan eksistensialisme?
Jawab:
Aliran materialisme muncul pada pertengahan kedua abad ke 19, melalui tokohnya Ludwig Feuerbach ( 1804 – 1872 ) yang berasal dari Jerman. Dia sebenarnya adalah seorang dari sayap kiri pengikut Hegel. Menurut Feuerbach, hanya alamlah yang berada. Oleh karena itu, manusia adalah makhluk yang alamiah. Segala usahanya didorong oleh nafsu alamiahnya, yaitu dorongan untuk hidup. Yang terpenting pada manusia bukan akalnya, tetapi usahanya. Sebab pengetahuan hanyalah alat untuk menjadikan segala usaha manusia berhasil. Kebahagiaan manusia dapat dicapai di dalam dunia ini. Oleh karena itu agama dan metafisika harus ditolak. Materialisme mengajarkan bahwa manusia pada akhirnya adalah thing, benda, sama seperti benda-benda lainnya. Bukan berarti bahwa manusia sama dengan pohon, kerbau, atau meja, sebab manusia dipandang lebih unggul. Akan tetapi, secara mendasar manusia dipandang hanya sebagai materi, yakni hasil dari proses-proses unsur kimia. Filsafat eksistensialisme memberikan kritik terhadap pandangan seperti ini. Cara pandang paham materialisme seperti ini mereduksi totalitas manusia. Manusia dilihat hanya menurut hukum-hukum alam, kimia, dan biologi, sehingga seolah sama seperti hewan, tumbuhan, dan benda lain. Padahal manusia memiliki kompleksitas dirinya yang tak dapat diukur, misalnya saja ketika berhadapan dengan momen-momen eksistensial seperti pengambilan keputusan, kecemasan, takut, dan sebagainya.

   2. Bagaimana jika orang yang sudah mencapai tahap menderita, tidak aktif untuk bangkit, malah terpuruk?
Jawab:
Seharusnya dengan keadaan seperti itu, orang-orang di sekitarnya memberi dukungan dan motivasi.

     3. Apakah hanya orang yang menderita yang bisa aktif untuk bangkit? Bagaimana dengan orang yang selalu bahagia? Apakah dia tidak bisa menemukan jati dirinya?
Jawab:
Tergantung kondisi orang tersebut. Jika orang tersebut bisa maju dan berkembang dari yang sebelumnya, maka orang tersebut sudah menemukan jati dirinya.

       4. Apa inti dari ajaran Eksistensialisme? Jelaskan!
Jawab:
Inti ajaran ini adalah respek terhadap individu yang unik pada setiap orang. Eksistensi mendahului esensi. Kita lahir dan eksis lalu menentukan dengan bebas esensi kita masing-masing. Setiap individu menentukan untuk dirinya sendiri apa itu yang benar, salah, indah dan jelek. Tidak ada bentuk universal, setiap orang memiliki keinginan untuk bebas (free will) dan berkembang. Pendidikan seyogyanya menekankan refleksi yang mendalam terhadap komitmen dan pilihan sendiri.

      5. Bagaimana awal mula munculnya Eksistensialisme?
Jawab:
Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan.

     6. Sebutkan salah satu tokoh eksistensialisme islam dan pemikirannya! Jelaskan!
Jawab:
Tokoh eksistensialisme islam salah satunya Syeikh Siti Jenar. Ia mengatakan bahwa:
·      Allah itu adalah keadaanku, lalu mengapa kawan-kawanku sama memakai penghalang? Dan sesungguhnya aku ini adalah haq Allah pun tiada wujud dua; saya sekarang adalah Allah, nanti Allah, dzahir bathin tetap Allah, kenapa kawan-kawan masih memakai pelindung?.
·         ….. padahal sifat kafir berwatak jisim, yang akan membusuk, hancur lebur bercampur tanah. Lain jika kita sejiwa dengan Dzat Yang Maha Luhur. Ia gagah berani, Maha Sakti dalam syarak, menjelajahi alam semesta. Dia itu pangeran saya, yang mengusai dan memerintah saya, yang bersifat wahdaniyah, artinya menyatukan diri denga ciptaan-Nya. Ia dapat abadi mengembara melebihi peluru atau anak sumpit, bukan budi bukan nyawa, bukan hidup tanpa asal dari manapun, bukan pula kehendak tanpa tujuan. Dia itu yang bersatu padu dengan wujud saya. Tiada susah payah, kodrat dan kehendak-Nya, tiada kenal rintangan, sehingga pikiran keras dari keinginan luluh tiada berdaya. Maka timbullah dari jiwa raga saya kearif-bijaksanaan saya menjumpai ia sudah ada di sana.
      7.  Apakah filsafat eksistensialisme sama dengan filsafat eksistensi?
Jawab:
Sebagai aliran filsafat, eksistensialisme berbeda dengan filsafat eksistensi. Paham Eksistensialisme secara radikal menghadapkan manusia pada dirinya sendiri, sedangkan filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagai arti katanya, yaitu: “filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.”

    8. Apa yang mendasari Friedrich Nietzsche mengatakan bahwa manusia harus memiliki keinginan untuk berkuasa?
Jawab:
Kehendak untuk berkuasa merupakan pemikiran puncak Nietzsche. Untuk mendobrak mentalitas manusia Barat yang menurutnya memiliki “moralitas budak” (slave morality). Nietzsche dan Sartre sering disebut sebagai tokoh eksistensialis yang ateis, akan tetapi dengan argumentasi yang berbeda. Meskipun Nietzsche dan Sartre disebut sebagai eksistensialis yang ateis, akan tetapi tetap tertarik untuk membicarakan masalah moral, walaupun dalam bentuk pendobrakan (dekonstruksi) moral religius. Kaum Eksistensialisme termasuk pemikir yang paling banyak  mambahas masalah moralitas selama abad abad XX. Nietsche sebagai seorang eksistensialis menarik kesimpulan tegas dengan menyatakan bahwa moralitas Barat adalah moralitas budak. Nietzsche berpendapat bahwa agama Kristen memberi dasar dan senjata bagi orang lemah.

      9. Sebutkan alasan –alasan berkembangnya aliran materialisme!
      Jawab:
      Ada beberapa alasan mengapa aliran materialisme ini dapat berkembang, diantaranya :
1.      Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan, yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran yang masih sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang yang abstrak.
2.      Penemuan-penemuan menunjukan betapa ketergantungannya jiwa pada badan. Maka peristiwa jiwa selalu dilihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dari peristiwa ini.
3.      Dalam sejarahnya, manusia memang bergantung pada benda, seperti padi. Dewi Sri dan Tuhan muncul dari situ. Kesemuanya ini memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda.
 1      10. Sebutkan dan jelaskan 3 bentuk eksistensi menurut Kierkegaard!
Jawab:
Kierkegaard membedakan tiga bentuk eksistensi, yaitu estetis, etis, dan religius.
·        Eksistensi estetis menyangkut kesenian, keindahan. Manusia hidup dalam lingkungan dan masyarakat, karena itu fasilitas yang dimiliki dunia dapat dinikmati manusia sepuasnya. Disini eksistensi estetis hanya bergelut terhadap hal-hal yang dapat mendatangkan kenikmatan pengalaman emosi dan nafsu. Eksistensi ini tidak mengenal ukuran norma, tidak adanya keyakinan akan iman yang menentukan.
·     Eksistensi etis. Setelah manusia menikmati fasilitas dunia, maka ia juga memperhatikan dunia batinnya. Untuk keseimbangan hidup, manusia tidak hanya condong pada hal-hal yang konkrit saja tapi harus memperhatikan situasi batinnya yang sesuai dengan norma-norma umum. Sebagai contoh untuk menyalurkan dorongan seksual (estetis) dilakukan melalui jalur perkawinan (etis).
·   Eksistensi religius. Bentuk ini tidak lagi membicarakan hal-hal konkrit, tetapi sudah menembus inti yang paling dalam dari manusia. Ia bergerak kepada yang absolut, yaitu Tuhan. Semua yang menyangkut Tuhan tidak masuk akal manusia. Perpindahan pemikiran logis manusia ke bentuk religius hanya dapat dijembatani lewat iman religius.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar