sejarah filsafat berdasarkan kurun waktu
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dan kemajuan peradaban
manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup
manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah
kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut
dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu sejak dari
zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.
Begitu pula
dengan filsafat, dalam perkmbangannya filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni
Filsafat klasik meliputi
filsafat Yunani dan Romawi pada abad ke-6 SM dan berakhir pada 529 M dominasi
oleh rasionalisme. Filsafat abad
pertengahan meliputi
pemikiran Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada abad
ke-15 M didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen. Filsafat modern dan filsafat kontemporer yang didominasi kritik terhadap filsafat modern.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana perkembangan
filsafat ilmu pada zaman klasik?
2.
Bagaimana perkembangan
filsafat ilmu pada abad pertengahan?
3.
Bagaimana perkembangan
filsafat ilmu pada zaman modern?
4.
Bagaimana perkembangan
filsafat ilmu pada zaman kontemporer?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui
perkembangan filsafat ilmu pada zaman klasik
2.
Untuk mengetahui
perkembangan filsafat ilmu pada abad pertengahan
3.
Untuk mengetahui
perkembangan filsafat ilmu pada zaman modern
4.
Untuk mengetahui
perkembangan filsafat ilmu pada zaman kontemporer
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Filsafat
Ilmu Pada Zaman Klasik
2.1.1
Ionia Tempat
Lahirnya Filsafat Barat
Tempat
filsafat yunani adalah asia kecil, dan filsuf-filsuf pertama yunani berasal
dari Ionia. Herodotus berpendapat bahwa agama dan kebudayaan Yunani berasal dari Mesir. Menurut
Coppleston sulitlah untuk menjelaskan bahwa para saudagar Mesir mengekspor
pemikiran Mesir ke Yunani. Dan menurut Burnet, Mesir tidak memiliki filsafat,
sebab itu pendapat bahwa filsafat Yunani berasal dari Mesir sulit diterima.
Jadi, filsafat yunani berasal dari yunani sendiri yakni Ionia.
Tapi
kenyataan bahwa filsafat yunani berkaitan erat dengan matematika. Coppleston berpendapat Memang ada kemungkinan besar bahwa matematika yunani
dipengaruhi Mesir dan astronomi Yunani dipengaruhi Babylon, sebab ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani mulai berkembang di daerah yang merupakan
pertemuan barat dan timur. Tapi tidak tepat kalau dikatakan bahwa matematika
ilmiah
Matematika
Mesir terdiri dari metode-metode empiris, kasar dan lengkap untuk memperoleh
hasil praktis. Geometri Mesir umumnya terdiri dari metode-metode praktis untuk
mengukur tanah setelah meluapnya sungai Nil. Tapi Mesir tidak mengembangkan
geometri ilmiah, Demikian juga astronomi Babylon, sebetulnya merupakan
astrologi, yakni ilmu nujum bintang. Sebaliknya orang Yunani mengembangkannya
menjadi ilmu astronomi ilmiah. Jadi, menurut Coppleston, matematika dan
astronomi Yunani lahir di Yunani sendiri.
Dengan
demikian Yunani adalah tempat asal para pemikir dan ilmuan asli Eropa. Orang
Yunanilah yang pertama-tama mempelajari ilmu pengetahuan demi ilmu pengetahuan
itu sendiri. Mereka mempelajari ilmu pengetahuan dengan semangat ilmiah, bebas
dan tanpa prasangka. Hegel, filsuf terkenal Jerman, berpendapat bahwa filsafat
Yunani sepenuhnya dilakukan dengan semangat kebebasan ilmiah.
2.1.1.1
Masa Pra-Sokrates
Filsafat di masa Pra-Sokrates merupakan tahap pertama
dalam filsafat Yunani. Meskipun bukan merupakan filsafat murni, tetapi ia
merupakan filsafat yang sesungguhnya. Sebaliknya, filsafat Pra-Sokrates
bukannya merupakan unit tertutup yang tidak berhubungan dengan pemikiran
filosofis sesudahnya, tapi merupakan persiapan bagi periode sesudahnya.Meskipun
Plato dan Aristoteles mengemukakan filsafat yang brilian, keduanya tidak
terlepas dari pengaruh filsafat pra-Sokrates. Plato misalnya, sangat
dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Heracleitos, para filsuf Elea dan
Pythagoreanisme. Adapun filsuf-filsuf yang hidup sebelum masa Sokrates adalah:
a.
Thales (625-545
SM)
Dalam sejarah
filsafat Thales dijuluki sebagai filsuf Yunani pertama. Dia dalah satu dari
tujuh orang bijak di zamannya (bersama Bias dari Priene, Pittakos dari
Mytilene, Soloon dari Athena, Kleouboulous dari Lindos, Khilon dari Sparta, dan
Priandros dari Korinthos). Thales dalah filsuf dan ilmuwan praktis.
Sebagai filsuf
Thales dan Miletus berusaha menjawab pertanyaan: apa sala usul segala sesuatu?
Menurut Thales, bahan dasar dari segala sesuatu adalah air. Itu merupakan
kesimpulan setelah ia mengamati dominasi peran air di alam dan kehidupan
manusia. Seperti dikatakan Aristoteles, Thales dari hari ke hari mengamati
bahwa kabut member kehidupan bagi segala sesuatu. Bahkan panas itu sendiri
berasal dari kelembaban.
Dia juga
mengamati bahwa segala macam benih mempunyai kodrat kelembaban, dan air
merupakan asal dari hakekat benda-benda yang lembab. Thales mungkin juga
dipengaruhi oleh teologi-teologi kuno, di mana air merupakan obyek komando di
kalangan dewa-dewi.
b.
Anaximandros
(611-545 SM)
Anaximander juga
seorang ilmuwan. Konon, menurut Theophrastus, dia membuat sebuah peta, yang
mungkin digunakan oleh para pelaut Milesia ke laut hitam. Menurut Theophrastus,
Anaximander adalah rekan sejawat Thales, dan nampaknya lebih muda. Di samping
kegiatan ilmiahnya, dia juga mencari jawaban atas pertanyaan sama yang
menggugah Thales. Tapi menurut dia, prinsip pertama dan utama itu tidak mungkin
air seperti yang dikatakan Thales.
Kalau perubahan,
kelahiran dan kematian, pertumbuhan dan kehancuran disebabkan oleh konflik,
maka tak dapat dijelaskan mengapa ada benda-benda lain yang tidak dapat melebur
menjadi air. Maka menurut dia, prinsip pertama dari segala benda adalah to
apeiron (yang berarti substansi yang tak terbatas). To apeiron itu kekal dan
tak dimakan usia, itulah yang merangkum seluruh jagad.
Anaximander
mengajarkan bahwa bumi bukan berbentuk piringan (disc) tapi silinder pendek.
Kehidupan berasal dari laut, dan melalui adaptasi dengan lingkunagn
bentuk-bentk hewan yang sekarang berevolusi.
Tentang asal
usul manusia Anaximander mengatakan bahwa pada mulanya manusia dilahirkan dari
hewan-hewan spesies lain. Hewan-hewan lain, katanya, cepat menemukan makanan
bagi diri mereka sendiri, tapi manusia sendiri membutuhkan waktu yang panjang
untuk menjadi dewasa. Tapi dia tak dapat menjelaskan bagaimana manusia bias
hidup dalam tahap transisi.
Jadi, doktrin Anaximander
merupakan suatu langkah maju dibandingkan Thales. Dia tidak menunjuk unsure
tertentu, tapi konsep to apeiron, yakni substansi tak terbatas.
c.
Anaximenes
(588-524 SM)
Menurut
Anaximenes, prinsip dasar segala sesuatu adalah udara. Kesimpulan ini mungkin
sekali didasarkan pada fakta bahwa manusia hanya bisa hidup kalau bernafas.
Jadi, udara adalah prinsip kehidupan. “Sebagaimana halnya dengan jiwa kita,
yakni udara, mempersatukan kita, demikian juga nafas dan udara merangkul
seluruh dunia,” kata Anaximenes. Jadi udara dalah prinsip dasar (urstoff) dari
dunia.
Udara tak dapat
dibagi, tapi dapat kelihatan dalam proses kondensasi dan perengangan. Ketika
udara menjadi renggang (rarefaction), ia menjadi lebih panas, dan denderung
terbakar menjadi api. Sebaliknya, kalau terjadi kondensasi, ia menjadi lebih
dingin dan menjadi keras. Maka udara berada di antara cincin nyala dan
kedinginan, dengan massa kelembaban di dalamnya.
d.
Pythagoras
(580-500 SM)
Tentang
Pythagoras tidak banyak diketahui. Yang pasti adalah bahwa Pythagoras
mendirikan sebuah tarekat keagamaan di Kroton, Italia selatan, pada paruh kedua
abad 6 SM. Pythagoras sendiri dilahirkan di Samos, masih daerah Ionia.
Iamblicus, salah satu sumber untuk mengetahui Pythagoras, menyebut Pythagoras
antara lain sebagai “pemimpin dan bapak filsafat Ilahi”. Tapi kisah kehidupan
Pythagoras seperti yang ditulis Iamblicus, porphyries, dan Diogenes Laertius
dinilai sebagai roman dan bukan catata sejarah.
Ajaran tentang
bilangan merupaka ajaran Pythagoras yang penting. Tapi, di pihak lain filsafat
methematico-metafisik ini sngat sulit dipahami. Yang penting, Pythagoras dan
para pengikutnya sangat terobsesi dengan matematika. Sampai-sampai dikatakan
bahwa Tuhan itu seorang ahli matematika.
Menurut
Pythagoras, prinsip dari segala-galanya adalah matematika. Semua benda dapat
dihitung dengan angka, dan kita dapat mengekspresikan banyak hal dengan
angka-angka. Mereka terpesona oleh kenyataan bahwa interval-interval music
antara dua not pada lyra dapat dinyatakan secara numerik. Seperti halnya
harmoni musik bergantung pada angka, maka harmoni jagad raya juga bergantung
pada angka. Bahkan menurut Pythagoras, benda-benda adalah angka-angka (things
are numbers).
Menurut
Pythagoreanisme, pusat jagad raya adalah api (Hestia). Di sekeliling api itu
beredar kontra bumi (antikhton), bumi, bulan, matahari dan planet lainnya dan
akhirnya langit dengan bintang-bintang tetap. Pythagoreanisme berpandangan
bahwa seluruh langit merupakan suatu tangga nada musik serta bilangan. Ketika
mengelilingi api sentral tiap benda langit mengeluarkan bunyi yang sesuai
dengan tangga nada. Telinga kita sudah terbiasa dengan musik itu, sehinga kita
tak mendengarnya lagi. Dikisahkan bahwa Pythagoras sendiri telah mendengar
music jagad raya itu.
filsuf-filsuf
lain yang hidup sebelum masa Sokrates, di antaranya:
a) Xenophanes (570-480 SM)
b) Heracleitos
c) Parmenides dan Melissus
d) Zeno
e) Empedocles
f) Leocippus
g) Para filsuf Atomisme
2.1.1.2 Masa
Sokrates
Perhatian
masa Pra-Sokrates adalah alam atau kosmos. Pada masa sesudahnya, yakni
sokrates, perhatian bergeser pada manusia itu sendiri, faktor-faktor
penyebabnya anatara lain.
a. Timbulnya sikap skeptic terhadap filsafat Yunani yang
tidak dapat menjelaskan pertanyaan tentang asala usul alam semesta. Filsafat
Pra-Sokrates juga tidak mampu menjelaskan fenomena kesatuan (unity) dan
kejamakan (diversity)
b. Semakin besar minat terhadap fenomena kebudayaan dan
peradaban. Ini disebabkan pergaulan yang makin gencar antara orang Yunani dan
peradaban asing seperti Persia, Babylonia dan Mesir. Menhadapi kenyataan ini,
para pemikr Yunani mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah
beragam kebudayaan nasional dan local, norma agama dan etis, hanyalah konvensi
atau tidak?
·
Kaum Sofis
Ada perbedaan antara
filsafat Pra-Sokrates dengan filsafat sesudahnya, perbedaan itu ialah:
a. Pusat perhatian filsafat masa sokrates adalah manusia,
peradaban dan kebiasaab manusia. Sofisme menaruh perhatian pada mikrokosmos,
bukan makrokosmos. Manusia mencapai kesadaran diri. Seperti kata Sophocles:
“Ada banyak mikjizat di dunia, tapi tak ada mukjizat yang lebih besar dari
manusia”.
b. Sofisme dan filsafat Yunani sebelumnya juga
berbeda dalam hal metode. Filsafat Yunani Pra-Sokrates memiliki metode
deduktif, sedangkan kaum sofis menggunakan metode empirico-induktif.
Pada
masa Pra-Sokrates, filsuf menetpkan prinsip umum, kemudian menjelaskan fenomena
fenomena khusus berdasarkan prinsip tersebut. Sebaliknya, kaum sofis adalah
ensiklopedis karena mereka menghimpun banyak observasi dan fakta, lalu menarik
kesimpulan-kesimpulan, baik teoritis maupun praktis. Kesimpulan-kesimpulan itu
sangat banyak dan berbeda sehingga orang bias jadi bingung. Atau, setelah
banyak tahu tentang berbagi negara dan kebudayaan, mereka membuat teori tentang
asal-usul peradaban atau asal bahasa.
c.
Perbedaan juga
terletak pada tujuan. Filsafat Pra-Sokrates ingin mencari kebenaran obyektif
tentang dunia. Kaum sofis mencari kebenaran praktis, bukan kebenaran
spekulatif. Tujuan utama filsafat Pra-Sokrates adalah menemukan kebenaran
,sedangkan kaum sofis justru pada mengajar. Itulah sebabnya kaum sofis
mempunyai massa murid. Mereka memberikan kursus-kursus, dan latihan. Mereka
adalah professor yang mengembara dari kota ke kota, mengumpulkan pengetahuan
lalu mengajarkan pada orang lain (umpama tentang tata bahasa, interpretasi
penyair, filsafat mitologi, agam dll).
Kaum
sofis sangat menonjol dalam berpidato, yang merupakan factor sangat penting
dalam kehidupan politik di Yunani kala itu. Di Yunani, agar bias berkecimpung
dala politik, orang harus pintar berpidato.
Adapun
tokoh-tokoh kaum filsuf sofis ialah Protagoras (481-411 SM), Prodicus, Hippias,
Gorgias (480-380 atau 483-375 SM), Thrasymachus, Chalderon, dan Anthipon.
·
Socrates
Menurut
Plato, ketika dijatuhi hukuman mati, yakni tahun 399 SM, usia Socrates sekitar
70 tahun, berdasarkan itu diduga Sokrates lahir sekitar tahun 470 SM. Ayahnya
bernama Sophroniscus seorang pemahat, dan ibunya bernama Phaenarete seorang
dukun bersalin.
Sosok
Socrates sebagai filsuf moral berawal dari peristiwa yang disebut pertobatan
Socrates menyusul Orakel Delphic. Diceritakan bahwa Chaerephon, sobat Socrates,
suatu ketika bertanya kepada ahli nujum apakah ada orang lain yang lebih
bijaksana dari Socrates.. jawaban yang diberikan adalah “tidak”. Ini membuat
Socrates merenung-renung. Dia akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa yang
dimaksudkan dewa dengan menyebutnya orang paling bijak adalah karena dia tahu
bahwa dia tidak tahu apa-apa. Socrates kemudian melihat misinya yakni untuk
mencari kebenaran sejati dan membantu orang yang membutuhkan bimbingannya.
Adapun ajaran-ajaran
Socrates adalah sebagai berikut:
1.
Socrates
mengajarkan tentang definisi atau hal-hal yang umum (universals) yng bersifat
tetap. Menurut Socrates konsep universal tetap sama. Hanya hal-hal partikular
dapat beragam, tapi defenisi tetap sama.
2.
Socrates
mengajarkan tentang argumen-argumen induktif. Argumen induktif yang
dikembangkan Socrates bukan diperoleh melalui logika, melainkan melalui
wawancara atau dialektik. Untuk membuat definisi tentang sesuatu, Socrates
bertanya pada orang lain, sementara ia sendiri memperlihatkan ketaktahuan.
Dialektik Socrates dimulai dari defenisi-definisi kurang lengkap sampai akhrnya
mencapai definisi yang lebih lengkap.
3.
Tujuan dialektik
bukan untuk mempermalukan orang, tapi untuk memperoleh kebenaran. Kebenaran itu
bukan sekedar spekulasi murni, melainkan dalam kehidupan yang baik. Menurut
Socrates, agar bertindak dengan benar, orang harus tahu apakah kehidupan yang
baik itu. Socrates percaya akan jiwa yang hanya dapat dipelihara semestinya
lewat pengetahuan, yakni kebijaksanaan yang benar. Pengetahuan yang jelas
akan kebenaran sangat penting bagi kehidupan yang benar. Untuk ini adalah
tugasnya untuk membidani lahirnya ide-ide yang benar dalam bentuk definisi yang
jelas. Metode ini dinamakan mayetika.
4.
Socrates menaruh
perhatian besar pada etika. Dia menganggap misi yang ditetapkan dewa padanya
adalah menyadarkan orang-orang agar memelihara harta paling agung yakni jiwa
lewat upaya memperoleh kebijaksanaan dan kabajikan. Kehidupan politikpun tak
dapat dilepaskan dari etika.
5.
Etika Socrates
memilki ciri pengetahuan dan kebajikan. Menurut dia, pengetahuan dan kebajikan
adalah satu, dalam arti bahwa seorang bijaksana, yakni orang yang tahu apa yang
baik, juga akan melakukan apa yang benar.
6.
Socrates mengajarkan
bahwa hanya ada satu kebajikan, yakni pengetahuan akan apa yang betul-betuk
baik bagi manusia, apa yang betul-betul dapat menghasilkan kesehatan dan
harmoni jiwa.
7.
Dalam ajaran
tentang agama, Socrates mengakui adanya allah-allah, pengetahuan akan allah-allah
tidak terbatas. Terkadang Socrates memang percaya akan adanya Allah yang
tunggal, tapi nampaknya Socrates tidak memberi perhatian besar untuk masalah
monoteisme dan polyteisme. Menurut Socrates sebagaimana tubuh manusia berasal
dari bahan-bahan yang dikumpulkan dari dunia materi, akal budinya juga
merupakan bagian dari akal budi universal.
·
Plato
Plato
adalah salah satu filsuf terbesar di dunia. Lahir di Athena dari keluarga
terpandang, ayahnya Arston dan ibunya Perictione. Menurut sejumlah sumber, nama
aslinya adalah Aristocles. Nama Plato baru diberikan sesudahnya karena ia
memiliki sosok fisik yang kokoh kuat.Plato menjadi murid Socrates ketika ia
berusia 20 tahun. Tapi perkenalan Socrates pasti lebih awal. Plato pernah
mengunjungi Italia dan Sisilia ketika berusia 40 tahun. Konon ia juga pernah
mengunjungi Mesir, tapi cerita ini belum bias diterima oleh sebagian pengamat.
Plato pernah dijual sebagai budak kepada Aegina atas perintah Dionysius I,
Tiran dari Syracuse.
Adapun ajaran-ajaran
terpenting dari Plato adalah:
1. Dua Dunia
Plato
mengajarkan tentang dua dunia, yakni dunia idea dan dunia materi. Dunia idea
bersifat tunggal, permanen/tidak berubah, kekal. Dunia jasmani bersifat jamak,
berubah-ubah dan tidak kekal.
2. Jiwa
Jiwa
adalah suatu adikodrati, berasal dari dunia idea, tidak dapat mati, kekal. Jiwa
terdiri dari tiga bagian (fungsi), yakni rasional (dihubungkan dengan
kebijaksaan), kehendak (dihubungkan denag keberanian), dan bagian keinginan
atau nafsu (dihubungkan dengan bagian pengendalian diri.
3. Negara
Ajaran
tentang negara merupakan puncak filsafat Plato. Menurut Plato tujuan hidup
manusia adalah eudaemonia(hidup yang baik). Agar supaya hidup baik, orang harus
mendapatkan pendidikan. Pendidikan itu bukan soal akal semata-mata, tapi seluruh
diri manusia. Akal harus mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya dan
harus didukung perasaan-perasaan yang lebih tinggi. Jalan kea rah sini adalah
kesenian, sajak, music dan sebagainya. Tujuan pendidikan tercapai kalau ada
negara yang baik. Sebab manusia adalah makhluk social yang memerlukan negara.
Dalam satu negara ada tiga
golongan,
yakni:
a)
Para penjaga,
yakni orang bijak (filsuf) yang mengetahui apa yang baik. Kebajikan mereka
adalah kebijaksanaan.
b)
Para prajurit
yang menjamin keamanan. Kebajikan mereka adalah keberanian.
c)
Rakyat jelata
seperti petani, tukang dan pedagang. Kebajikan mereka adalah pengendalian diri.
·
Aristoteles
Aristoteles lahir di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya
seorang dokter pribadi raja Mcedonia. Ketika berusia 18 tahun ia belejar
filsafat p-ada Plato di Athena. Setelah Plato meninggal, ia mendirikan sekolah
Assos. Ia kemudian kembali ke Macedonia dan menjadi pendidik pangeran Alexander
Agung. Ketika Alexander Agung meninggal pada thun 323, timbullah huru hara.
Aristoteles dituduh sebagai penghianat. Dia lari ke Khalkes dan meninggal dunia
di situ pada tahun 322.
2.1.1.3
Masa hellenisme dan Romawi
Di
masa ini muncul beberapa aliran, terpenting di antaranya adalah:
1)
Stoisisme
didirika oleh Zeno dari Kition. Menurut Stoisisme, jagad raya ditentukan oleh
logos atau rasio. Maka segala sesuatu yang terjadi di alam semesta berlangsung
menurut ketetapan yang tak dapat dihindarkan. Etika Stoisisme bersifat kejam,
karena manusia tidak dapat menghindarkan segala malapetaka.
2)
Epikurisme
didirikan oleh Epikuros. Inti ajarannya adalah bahwa manusia harus menggunakan
kehendak bebas dengan mencari kesenangan sedapat mungkin. Tapi agar keadaan
batin seimbang dan tenang, orang harus menjadi bijaksana. Bersikap bijaksana
adalah bersikap membatasi diri dan mengusahakan kesenangan rohani.
3)
Skeptisisme
dipelopori oleh pyrrho. Tapi ini bukan suatu aliran dengan pengikut-pengikut
tertentu, melainkan hanya merupakan tendensi umum dalam masyarakat.
4)
Eklektisisme
adalah kecenderungan mendamaikan berbagi unsure yang berbeda. Ini juga
merupakan kecenderungan umum pada masyarakat, khususnya kaum elit. Seorang yang
dikenal denagn eklektis adalah ahli pidato Cicero dan Philo.
2.2 Filsafat Barat Abad Pertengahan
Abad
pertengahan merupakan kurun
waktu yang khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
dominansi agama Kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran
agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan
ajaran agama. Jelas teologi lebih tinggi dibandingkan dengan filsafat. Filsafat
berfungsi melayani Teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan nalar
dilarang.
Dalam sejarah filsafat barat, abad
pertengahan dibagi menjadi dua periode yakni masa patristik dan masa skolastik.
Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh
dan karya-karya penting. Dibawah ini diuraikan masing-masing tentang Zaman
Patristik dan Zaman Skolastik, serta tokoh-tokoh terpentingnya.
2.2.1 MASA PATRISTIK
2.2.1.1
Gambaran Umum
Patristik
berasal dari kata Patres (bentuk jamak dari Pater) yang berarti bapak-bapak.
Yang dimaksudkan adalah para pujangga gereja dan tokoh-tokoh gereja yang sangat
berperan sebagai peletak dasar intelektual kekristenan. Mereka fokus pada
pengembangan teologi tetapi tidak lepas dari wilayah kefilsafatan.
2.2.1.2
Tokoh-tokoh terpenting
Bapak
Gereja terpenting pada masa itu antara lain Tertullianus (160-222), Justinus,
Clemens dari Alexandria (150-251), Origenes (185-254), Gregorius dari Nazianza
(330-390), Basilus Agung (330-379), Gregorius dari Nyssa (335-394), Dionysius
Areopagita, Johanes Damascenus, Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus (354-430).
Tertullianus,
Justinus, Clemens dari Alexandria, dan Origenes adalah pemikir-pemikir pada
masa awal patristik. Gregorius dari Nazianza, Basilus Agung, Gregorius dari
Nyssa, Dionysius Areopagita,dan Johanes Damascenus adalah tokoh-tokoh pada masa
patristik Yunani. Sedangkan Ambrosius, Hyeronimus, dan Agustinus adalah
pemikir-pemikir yang menandai masa keemasan patristik Latin.
Masa
keemasan patristik Yunani didorong oleh Edik Milan yang dikeluarkan Kaisar
Constatinus Agung tahin 313 yang menjamin kebebasan beragama bagi umat Kristen.
Agustinus adalah seorang pujangga gereja dan filsuf besar. Setelah melewati
kehidupan masa muda yang hedonistis, Agustinus kemudian memeluk agama Kristen
dan menciptakan sebuah tradisi filsafat Kristen yang berpengaruh besar pada
abad pertengahan. Karyanya yang terpenting adalah Confessiones
(pengakuan-pengakuan) dan De Civitate Dei (tentang kota Allah).
Agustinus
menentang aliran skeptisisme (aliran yang meragukan kebenaran). Menurut
Agustinus skeptisisme itu sebetulnya merupakan bukti bahwa ada kebenaran. Orang
ragu-ragu itu sebenarnya bukti bahwa dia tidak ragu-ragu tehadap satu hal yaitu
bahwa ia ragu-ragu. Orang yang ragu-ragu itu sebetulnya berpikir, dan siapa
yang harus berpikir harus ada. Aku ragu-ragu maka aku berpikir, aku berpikir
maka aku berada. Menurut Agustinus, Allah menciptakan dunia ex nihilo (konsep
yang kemudian juga diikuti oleh Thomas Aquinos). Artinya, dalam menciptakan
dunia dan isinya, Allah tidak menggunakan bahan. Jadi, berbeda dengan konsep
yang diajarkan Plato bahwa me on merupakan dasar atau materi segala sesuatu.
Filsafat
patristik mengalami kemunduran sejak abad V hingga abad VIII. Di barat dan
timur tokoh-tokoh dan pemikir-pemikir baru dengan corak pemikiran yang berbeda
dengan masa patristik.
2.2.2
MASA SKOLASTIK
2.2.2.1
Gambaran Umum
Nama
skolastik menunjukan besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam
pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah
filsafat mengalami masa kevakuman karena situasi politik yang tidak stabil.
Sejak
pemerintahan Karel Agung (742-814), keadaan mulai pulih, Kegiatan intelektual
mulai bersemi kembali. Ilmu pengetahuan, kesenian, dan filsafat mendapat angin
segar.
Masa
Skolastik mencapai puncak kejayaannya pada abad XIII. Di masa ini filsafat
dikaitkan dengan teologi, tetapi sudah menemukan tingkat kemandirian tertentu.
Patut diberi catatan khusus tentang penyebaran karya-karya filsafat Yunani,
karena inilah faktor terpenting bagi perkembangan intelektual dan filsafat.
Masuknya
filsafat Aristoteles ke barat dimungkinkan lewat filsuf-filsuf arab yaitu Ibnu
Sina atau Avicenna (980-1037), dan Ibnu Rusyd (1126-1198) alias Averroes.
Avicenna berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme
sedangkan Averroes merupakan pengagum Aristoteles dan menulis komentar tentang
pemikiran-pemikiran Aristotelian. Sebab itu ia dijuluki Sang Komentator.
Kehadiran
karya-karya Aristoteles itu memberikan nuansa baru. Orang yang berhadapan
dengan karya-karya nonkristen. Tugas filsafat dan teologi adalah mendamaikan
alam pikiran baru itu dengan ajaran Kristen, khususnya alam pemikiran Agustinus
yang mendominasi masa-masa sebelumnya.
2.2.2.2 Tokoh-tokoh terpenting
2.2.2.2 Tokoh-tokoh terpenting
Tokoh-tokoh
terpenting pada masa skolastik adalah Boethius (480-524), Johanes Scotus
Eurigena (810-877), Anselmus dari Canterbury (1033-1109), Petrus Abelardus
(1079-1142), Bonaventura (1221-1274), Siger dari Brabant (1240-1281), Albertus
Agung (1205-1280), Thomas Aquinos (1225-1274), Johanes Duns Scotus (1226-1308),
Guliemus dari Ockham (1285-1349), dan Nicholaus Cusanus (1401-1464).
Boethius
adalah seorang menteri pada pemerintahan Raja Theodorik Agung di Italia. Namun,
ia dijebloskan ke penjara karena dianggap sebagai komplotan. Dipenjara ia
menulis buku yang berjudul De Consolatione Philosophiae.
Johanes
Scotus Eurigena mengajar di sekolah istana yang didirikan oleh Karel Agung.
Anselmus adalah seorang uskup yang terkenal dengan semboyan Credo Ut Intelligam
(saya percaya agar saya mengerti). Artinya, dengan percaya orang akan
mendapatkan pemahaman lebih dalam tentang Allah.
Petrus
Abelardus mempunyai jasa besar dalam etika dan logika. Dia ikut memberikan
pendapat yang sangat berharga menyangkut perdebatan di masa itu tentang
Universalia (konsep-konsep umum), antara kelompok penganut Realisme dan
Nominalisme.
Ibn
Sina (Avicenna) berusaha menggabungkan filsafat Aristoteles dan Neoplatonisme.
Dia menganut ajaran manansi plotinos, dan mengatakan Allah menyelenggarakan
dunia secara tidak langsung melalui intelek aktif yang berasl dari intelek
pertama.
Ibn
Rushd (Averroes) ia dijuluki Sang Komentator. Dia mengajarkan monopsikisme
yaitu pandangan bahwa jiwa adalah milik bersama umat manusia.
Bonaventura
adalah biarawan ordo fransiskan yang menjadi professor di paris, dan pernah
dipercaya memimpin ordo tersebut. Siger dari Brabant adalah mahaguru di
fakultas sastra diparis.
Albertus
Agung adalah seorang biarawan ordo dominikan, dan pernah menjadi mahaguru di
sejumlah universitas di Jerman dan Paris.
Thomas
Aquinos dijuluki pangeran masa skolastik. Ia adalah seorang biarawan ordo
dominikan, mengajar di Paris, Jerman, dan Italia. Thomas Aquinos berpendapat
bahwa filsafat harus mengabdi teologi, waktu itu dikenal ungkapan Philosophia
Est Ancilla Theologiae. Manusia dapat
mengenal Allah dengan menggunakan rasio. Tetapi, pengenalan itu hanya melalui
ciptaan-ciptaan. Thomas membuktikan adanya Allah melalui rangkaian argumentasi
yang dikenal dengan Quinqae Viae (Lima Jalan) yaitu
1. Gejala adanya perubahan atau gerak
2. Gejala sebab dan akibat
3. Gejala kontingensi
4. Adanya hierarki
kesempurnaan
5. Finalitas dunia
Manusia
terdiri dari tubuh dan jiwa. Jiwa merupakan forma dan tubuh merupakan
materinya. Keduannya tidak dapat dipisahkan dan merupakan satu substansi.
Johanes
Duns Scotus adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia mengikuti ajaran
Aristoteles dan Bonaventura.
William
Ockham adalah seorang biarawan ordo fransiskan. Ia dianggap pemikir bermasalah
di gereja, di bidang filsafat ajarannya bercorak empiristis.
Nicholaus
Cusanus adalah uskup dan kardinal. Meskipun dipercaya mampu memangku tugas
kegerejaan, Nicholaus dikenal sebagai ilmuwan.
2.3 Filsafat Modern
Filsafat klasik bersifat kosmosentris, filsafat abad
pertengahan bersifat teosentris, sedangkan filsafat modern bersifat
antroposentris. Di zaman Yunani klasik, pusat perhatian filsafat adalah
pertanyaan: apa yang merupakan unsur pertama dari kosmos. Pada abad pertengahan
Allah diakui sebagai pencipta alam semesta. Sedangkan pada zaman modern, yang
menjadi pusat pergulatan filosofis adalah manusia itu sendiri.
2.3.1
RENAISSANCE
Kata ini berasal dari bahasa
Prancis dan berarti kelahiran kembali. Maksudnya, usaha untuk menghidupkan
kembali kebudayaan Yunani dan Romawi
klasik. Dalam sastra lahirlah humanisme, yang juga mencari inspirasinya pada
sastra Yunani dan Romawi. Renaissance ditandai oleh kelahiran kembali di
berbagai ilmu, seperti ilmu sastra, kesenian, filsafat, dan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan alam berkembang pesat berdasarkan metode eksperimental.
Nicolaus Copernicus,
Johannes Kepler, dan Galileo Galilei adalah contoh ilmuwan yang membawakan
wawasan baru dengan penemuan-penemuan yang penting. Copernikus, berdasarkan
penyelidikannya, mengemukakan bahwa pandangan geosentris yang dianggap benar
selama berabad-abad sebelumnya ternyata salah. Menurut Copernicus, bukan bumi
yang menjadi pusat, melainkan matahari adalah pusat jagad raya. Galileo Galilei
kemudian memperkuat teori Copernikus tentang heliosentrisme.
Di bidang filsafat, peletak
dasar filsafat zaman renaissance adalah Francis Bacon (1561-1623), seorang
filsuf dari Inggris.
2.3.1.1
FILSAFAT ABAD
XVII
Tiga aliran besar filsafat
yang muncul dan berkembang pada abad XVII adalah rasionalisme, empirisme, dan
idealisme. Berikut dibicarakan tentang ketiga aliran tersebut.
1)
Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa
sumber pengetahuan satu-satunya yang benar adalah rasio (akal budi).
Tokoh-tokoh terpenting aliran rasionalisme adalah Blaise Pascal, Baruch
Spinoza, G.W.Leibnitz, Christian Wolff, dan Rene Descartes (1596-1650).
Rene Descartes dijuluki Bapak Filsafat Modern.
Ucapannya yang terkenal adalah Coglto Ergo Sum (Aku berpikir maka aku ada).
Ungkapan ini mempunyai makna lebih dalam dari sekedar pengertian harafiah.
Dengan ungkapan itu hendak dinyatakan metode yang dianut Descartes yakni metode
kesangsian. Descartes mengatakan bahwa segalanya harus disangsikan secara
radikal, dan tidak boleh diterima begitu saja. Kalau suatu kebenaran tahan
terhadap kesangsian (artinya tidak disangsikan lagi), itulah kebenaran yang
sesungguhnya dan harus menjadi fondamen bagi ilmu pengetahuan.
Itulah sebabnya Cogito Ergo Sum harus diartikan
sebagai: saya yang sedang sangsi, ada. Bagi Descartes, berpikir berarti
menyadari. Jika saya menyangsikan, maka saya menyadari sungguh-sungguh bahwa
saya menyangsikan. Kebenaran itu pasti sebab saya mengerti dengan jelas dan
terpilah-pilah (c/ear/y and dis- tinctly).
Menurut Descartes, dalam diri manusia terdapat tiga
ide bawaan sejak lahir, dan itulah yang merupakan kebenaran. Ketiga ide bawaan
itu adalah pikiran, Allah, dan keluasan.
Mengapa pikiran? Karena kalau saya memahami diri
sebagai makluk yang berpikir, maka hakekat saya adalah pemikiran. Mengapa
Allah? Kalau saya mempunyai idea "sempurna", harus ada penyebab
sempurna idea itu, karena akibat tidak pernah melebihi penyebabnya.
Dan mengapa pula keluasan? Karena saya mengerti materi
sebagai keluasan (ekstensi).
Satu-satunya alasan untuk menerima dunia materi adalah
bahwa Allah akan menipuku jika Ia memberikan idea keluasan padahal tidak ada
suatu pun yang mempunyai luas. Tapi, menurut pengamatan, di luarku ada dunia
materi. Jadi, Allah itu ada.
Menurut Descartes, manusia terdiri dari jiwa
(pemikiran) dan tubuh (keluasan). Tubuh adalah mesin yang dijalankan jiwa.
Dengan pandangan seperti ini, Descartes mengakui dualisme dalam manusia.
2)
Empirisme
Empirisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa hanya
pengalaman (lewat indra) merupakan sumber pengetahuan yang benar. Jadi,
empirisme bertolak belakang dengan pandangan rasionalisme. Immanuel Kant
kemudian mendamaikan kedua pandangan yang sangat ekstrim tersebut.
Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Thomas Hobbes
dan John Locke, keduanya dari Inggris.
2.3.1.2
FILSAFAT ABAD
XVIII (AUFKLAERUNG)
Aufklaerung berarti
pencerahan (istilah bahasa Inggris untuk ini adalah enlightment). Dinamakan
demikian karena pada periode ini manusia mencari cahaya baru dalam rasionya.
Keadaan periode sebelum ini sering diumpamakan dengan keadaan belum akil balig,
di mana manusia kurang menggunakan kemampuan akal budinya.
Salah satu ciri terpenting
zaman Aufklaerung adalah perkembangan pesat ilmu pengetahuan. Dalam fisika kita
kenal ilmuwan besar seperti Isaac Newton.Karena rasio mendapat tempat terhormat
dan menjadi pusat perhatian, maka orang mulai meragukan wahyu dan otoritas
agama. Mudah dimengerti, mengapa di Prancis muncul sikap antikristianisme dan
antiklerikalisme. gama kristen, sebelum
periode ini, memainkan peranan sangat menentukan.
Akal budi tidak diingkari,
tetapi diletakkan pada fungsinya sebagai pendukungiman dan wahyu. Penjelasan
apapun yang tidak sesuai dengan iman dianggap
tidak benar.
Tempat para klerus dalam
lingkungan yang memberi tempat penting
kepada agama memang sangat istimewa. Oleh sebab itu, pada masa
pencerahan, orang tak mau tunduk lagi kepada otoritas agama. Mulai berkembang
pemikiran. pemikiran bebas. Aufklaerung merintis jalan menuju revolusi Prancis
tahun 1789.
Tokoh-tokoh terpenting
filsafat masa pencerahan antara lain George Berkeley dan David Hume (Inggris),
Voltaire dan Jean-Jacques Rousseau (Prancis), dan Immanuel Kant (Jerman).
Filsuf paling penting untuk periode ini adalah Immanuel Kant.
Seperti dikatakan di atas,
Kant berusaha mendamaikan pandangan rasionalisme dan empirisme. Menurut Kant,
peran rasio dan pengalaman sama pentingnya dalam proses mengetahui. Pengalaman
indra dinamakannya unsur aposteriori, sedangkan akal budi dinamakannya unsur
apriori. Kant berpendapat bahwa pengetahuan selalu merupakan hasil sintese
unsur akal budi dan pengalaman. Akal budi sendiri tidak dapat dipercaya begitu
saja, demikian pula pengalaman indera. Kita mengalami bahwa indra banyak kali
menipu. Kita melihat mentari sebagai sebuah benda langit bercahaya yang kecil,
padahal dalam kenyataannya matahari adalah badan angkasa yang sangat besar.
Oleh sebab itu hasil pengamatan indra harus diteguhkan oleh akal budi.
2.3.1.3
FILSAFAT ABAD
XIX
Aliran-aliran besar yang
muncul sepanjang abad XIX adalah idealisme Jerman, positivisme, dan
materialisme. Berikut diuraikan secara singkat aliran- aliran tersebut serta
sejumlah tokohnya.
1)
Idealisme Jerman
Idealisme adalah aliran yang
berpandangan bahwa tidak ada realitas obyektif dari dirinya sendiri. Realitas
seluruhnya, menurut aliran ini, bersifat subyektif.Seluruh realitas merupakan
hasil aktivitas Subyek Absolut (yang dalam agama dinamakan Allah).
Jadi, menurut idealisme
rasio atau roh (idea) mengendalikan realitas seluruhnya. Segala sesuatu
merupakan tampakan-tampakan atau momen-momen yang berkembang sendiri. Idealisme
pada dasarnya bertentangan dengan Platonisme.
Tokoh-tokohnya yang
terpenting adalah tiga filsuf Jerman yakni J.G.Fichte ( 1762- 1814), F.W
J.Schelling ( 1775- 1854), dan G.W.F. Hegel (1770-1831). Filsuf paling penting
di antara ketiganya adalah Hegel.
2)
Positivisme
Aliran ini berpandangan
bahwa manusia tidak pernah mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang
nampak. Manusia tidak pernah mengetahui sesuatu di balik fakta-fakta.
Oleh sebab itu, menurut
positivisme, tugas ilmu pengetahuan dan filsafat adalah menyelidiki
fakta-fakta, bukan menyelidiki sebab-sebab terdalam realitas. Dengan demikian,
positivisme menolak metafisika.
Positivisme mempunyai
persamaan dan perbedaan dengan empirisme.Persamaan pada keduanya adalah bahwa
keduanya mengutamakan pengalaman indra. Akan tetapi positivisme hanya menerima
pengalaman obyektif, sedangkan empirisme menerima juga pengalaman
batiniah/subyektif.
Tokoh-tokoh terpenting
positivisme antara lain Auguste Comte (1798-1857), John Stuart Mill
(1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
3)
Materialisme
Aliran ini berpandangan
bahwa seluruh realitas terdiri dari materi. Artinya, tiap benda atau peristiwa
dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses materiil. Materialisme
merupakan aliran terpenting dan sangat berpengaruh sepanjang abad XIX, bahkan
sampai dewasa ini. Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap idealisme Jerman.
Tokoh-tokohnya yang terpenting
adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872), Kari Marx (1818-1883), dan Friedrich
Engels (1820-1895).
Pikiran-pikiran Kari Marx
sering muncul dalam nama materialisme dialektis dan materialisme historis.
Nama-nama itu bukan berasal dari Mara sendiri.Materialisme historis digunakan
oleh Engels sesudah kematian Marx. Sedangkan materialisme dialektis digunakan
tahun 1891 oleh filsuf Russia, G.Plekhanov.
Materialisme dialektis
beranggapan bahwa perubahan kuantitas dapat mengakibatkan perubahan kualitas.
Perapatan materi dapat menghasilkan suatu yang sama sekali baru. Dengan cara
demikian, kehidupan berasal dari materi mati, dan kesadaran manusia berasal
dari kehidupan organis. Materialisme historis berpandangan bahwa arah yang
ditempuh sejarah ditentukan oleh perkembangan sarana-sarana produksi materiil.
Menurut Mara, titik akhir sejarah adalah keadaan ekonomi tertentu, yakni
komunisme, di mana milik pribadi diganti milik bersama. Baru pada kondisi
seperti itulah manusia mencapai kebahagiaannya. Arah ini adalah suatu
keharusan, suatu yang mutlak, tak dapat diubah dengan cara apapun. Dan manusia
dapat mempercepat proses itu dengan melakukan revolusi.
2.4
FILSAFAT
KONTEMPORER
Filsafat
Barat kontemporer (abad XX) sangat heterogen. Hal ini disebabkan antara lain
karena profesionalisme yang semakin besar. Banyak filsuf adalah spesialis
bidang khusus seperti matematika, fisika, psikologi, sosiologi, atau ekonomi.
Hal
penting yang patut dicatat adalah bahwa pada abad XX pemikiran- pemikiran lama
dihidupkan kembali. Misalnya, Neotomisme, Neokantianisme, Neopositivisme, dan
sebagainya. Di masa ini Prancis, Inggris, dan Jerman tetap merupakan
negara-negara yang paling depan dalam filsafat. Umumnya, orang membagikan
filsafat pada periode ini menjadi filsafat kontinental (Prancis dan Jerman);
dan filsafat Anglosakson (Inggris).
Aliran-aliran terpenting
yang berkembang dan berpengaruh pada abad XX adalah pragmatisme, vitalisme,
fenomenologi, eksistensialisme, filsafat analitis (filsafat bahasa),
strukturalisme, dan postmodernisme.
2.4.1
PRAGMATISME
Pragmatisme
mengajarkan bahwa yang benar adalah apa yang akibat- akibatnya bermanfat secara
praktis. Jadi, patokan pragmatisme adalah manfaat bagi kehidupan praktis.
Kebenaran mistis diterima, asal bermanfaat praktis. Pengalaman pribadi yang
benar adalah pengalaman yang bermanfaat praktis. Aliran ini sangat populer di
Amerika Serikat. Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah William James
(1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
2.4.2
VITALISME
Vitalisme
berpandangan bahwa kegiatan organisme hidup digerakkan oleh daya atau prinsip
vital yang berbeda dengan daya-daya fisik. Aliran ini timbul sebagai reaksi
terhadap perkembangan ilmu dan teknologi serta industrialisasi, di mana segala
sesuatu dapat dianalisa secara matematis. Tokoh terpenting vitalisme adalah
filsuf Prancis, Henri Bergson (1859- 1941).
2.4.3
FENOMENOLOGI
Fenomenologi
berasal dari kata fenomenon yang berarti gejala atau apa yang tampak. Jadi,
fenomenologi adalah aliran yang membicarakan fenomena atau segalanya sejauh
mereka tampak. Fenomenologi dirintis oleh Edmund HusserI (1859-1938). Seorang
fenomenolog lainnya adalah Max Scheler (1874- 1928).
2.4.4
EKSISTENSIALISME
Eksistensialisme
adalah aliran filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada
eksistensi. Eksistensi adalah cara berada di dunia. Cara berada manusia di
dunia berbeda dengan cara berada makluk-makluk lain. Benda mati dan hewan tidak
menyadari keberadaannya, tapi manusia sadar bahwa dia berada di dunia. Manusia
sadar bahwa ia bereksistensi. Itulah sebabnya, segalanya mempunyai arti sejauh
berkaitan dengan manusia. Dengan kata lain, manusia memberi arti kepada
segalanya. Manusia menentukanperbuatannya sendiri. Ia memahami diri sebagai
pribadi yang bereksistensi.
Jadi,
eksistensialisme berpandangan bahwa pada manusia eksistensi mendahului esensi
(hakekat), sebaliknya pada benda-benda lain esensi mendahului eksistensi.
Manusia berada lalu menentukan diri sendiri menurut proyeksinya sendiri.
Hidupnya tidak ditentukan lebih dulu. Sebaliknya, benda- benda lain bertindak
menurut esensi atau kodrat yang memang tak dapatdielakkan.
Tokoh-tokoh
terpenting eksistensialisme adalah Martin Heidegger (1883- 1976), Jean-Paul
Sartre (1905-1980), Kari Jaspers (1883-1969), dan Gabriel Marcel (1889-1973).
Soren Kierkegaard (1813-1855), Friedrich Nietzsche (1844- 1900), Nicolas
Alexandrovitch Berdyaev (1874-1948) juga sering dimasukkan ke dalam kelompok
filsuf-filsuf eksistensialis.
Patut
dicatat bahwa sebetulnya di antara para filsuf eksistensialis terdapat
perbedaan. Sebagian mereka bahkan tidak mau dikelompokkan sebagai filsuf
eksistensialis. Akan tetapi mereka semua mempunyai kesamaan pandangan bahwa
filsafat harus bertitik tolak pada manusia konkret, manusia yang bereksistensi.
Dalam kaitan dengan ini mereka berpendapat bahwa pada manusia eksistensi
mendahului esensi (Fuad Hassan, 1985: 7-8). Sebagian filsuf eksistensialis
adalah ateis, seperti Jean-Paul Sartre, tetapi ada yang tetap mengakui Allah,
seperti Gabriel Marcel.
Jean-Paul Sartre adalah
satu-satunya filsuf kontemporer yang menempatkan kebebasan pada titik yang
sangat ekstrim. Dia berpendapat bahwa manusia itu bebas atau sama sekali tidak
bebas. Tentang kebebasan, Sartre mengatakan: "Manusia bebas. Manusia
adalah kebebasan." Dalam sejarah filsafat tidak pernah ada ungkapan begitu
ekstrim tentang kebebasan. Sartre tidak memandang kebebasan sebagai salah satu
ciri manusia, tapi menganggap manusia sebagai kebebasan. Ini ada kaitan dengan
pandanganaya tentang eksistensi (cara berada). Sartremembedakan dua macam cara
berada, yakni etre-en-soi (berada dalam diri sendiri) dan etre-pour-soi (berada
untuk diri). Etre-en-soi adalah cara berada yang deterministik. Itu merupakan
cara berada benda-benda mati, hewan, dan tumbuhan. Pohon, misalnya, tumbuh
sebagai pohon jenis tertentu, dengan bakat tertentu. Sampai kapan dan di
manapun pohon itu akan tetap yang sama, tidak akan meninggalkan kodrat. Batu,
dari kodratnya telah ditentukan sebagai benda yang keras, dan sebab itu ia akan
tetap seperti itu sampai kapanpun. Jadi, cara berada ini sudah ditentukan
kodrat. Sebaliknya, Etre-pour-soi adalah cara berada khas manusia. Artinya,
manusia ada dulu baru menentukan diri sendiri. Dirinya tidak pernah ditentukan
lebih dulu. Manusia ada begitu saja, dan baru sesudah itu manusia menentukan
apa yang harus dilakukannya. Hanya manusia dapat mengatakan "tidak", benda-
benda lain selalu berada menurut esensi atau kodrat yang telah ditentukan.
Karena tidak ditentukan sebelumnya, maka manusia bertanggungjawab terhadap
keberadaannya.
Konsep kebebasan seperti ini
membawa Sartre kepada penolakan akan adanya Allah. Menurut Sartre, jika ada
Allah maka manusia tidak bebas lagi, sebab Allah sudah menentukan esensi
manusia. Pisau yang dibuat tukang, kata Sartre, sudah ada dalam konsep tukang
yang membuatnya sebelum pisau itu hadir dalam bentuk tertentu. Dalam
pikirannya, tukang sudah memikirkan bahwa
pisau itu terbuat dari baja
atau besi, tajam, berujung runcing, diberi gagang tanduk rusa, digunakan untuk
memotong daging atau mencukur rambut, dan ciri-ciri lainnya. Itulah esensi
pisau yang sudah ada di kepala tukang sebelum pisau itu betul-betul hadir dalam
wujudnya yang tertentu.
Kalau ada Allah, kata
Sartre, maka Allah pasti sudah mengetahui esensi manusia. Itu berarti, manusia
tidak bebas lagi. Manusia akan melakukan apa yang sudah ditentukan Allah itu.
Tapi itu tidak mungkin sebab pada manusia eksistensi mendahului esensi. Sebab
itu tidak ada Allah.
Menurut Sartre, manusia
tidak mempunyai kodrat. Ia ada begitu saja, baru sesudahnya ia membuat
kodratnya sendiri. Mengapa? Karena memang tidak ada Allah yang mengkonsepkan kodrat
itu.
Manusia tidak mempunyai
kewajiban terhadap suatu yang lain, kecuali dirinya sendiri. Seandainya Allah
ada, manusia kehilangan martabat manusianya. Maka mustahil bahwa Allah dan
manusia ada berdampingan. Manusia yang hanya merupakan alat di tangan Allah,
kata Sartre, bukan manusia bebas.
Dalam bukunya Existentialism
and Humanism Sartre memberikan tanggapan kepada orang-orang yang mengatakan
bahwa eksistensialisme adalah ateisme. Sartre mengatakan bahwa eksistensialisme
sama sekali bukan ateisme yang menolak adanya Allah. Seandainya Allah ada, itu
samasekali tidak bakal mengubah apa-apa, kata Sartre.
2.4.5
FILSAFAT
ANALITIS
Aliran ini muncul di Inggris dan Amerika Serikat sejak
sekitar tahun 1950. Filsafat analitis disebut juga filsafat bahasa. Filsafat
ini merupakan reaksi terhadap idealisme, khususnya Neohegelianisme di
lnggris.Para penganutnya menyibukkan diri dengan analisa bahasa dan
konsep-konsep.Tokoh-tokohnya yang terpenting adalah Bertrand Russel, Ludwig
Wittgenstein (1889-1951), Gilbert Ryle, dan John Langshaw Austin.
2.4.6
STRUKTURALISME
Strukturalisme muncul di Prancis tahun 1960, dan
dikenal pula dalam linguistik, psikiatri, dan sosiologi. Strukturalisme pada
dasarnya menegaskan bahwa masyarakat dan kebudayaan memiliki struktur yang sama
dan tetap. Maka kaum strukturalis menyibukkan diri dengan menyelidiki
struktur-struktur tersebut. Tokoh-tokoh terpenting strukturalisme adalah Levi
Strauss, Jacques Lacan, dan Michel Foucoult.
2.4.7
POSTMODERNISME
Aliran
ini muncul sebagai reaksi terhadap modernisme dengan segala dampaknya. Seperti
diketahui, modernisme dimulai oleh Rene Descartes, dikokohkan oleh zaman
pencerahan (Aufklaerung), dan kemudian mengabadikan diri melalui dominasi sains
dan kapitalisme. Tokoh yang dianggap memperkenalkan istilah postmodern (isme)
adalah Francois Lyotard, lewat bukunya The Postmodern Condition: A Report on
Knowledge (1984).
Modernisme
mempunyai gambaran dunia sendiri yang ternyata melahirkan berbagai dampak
buruk, yakni Pertama, obyektifikasi alam secara berlebihan dan pengurasan alam
semena-mena yang mengakibatkan krisis ekologi. Dampak ini disebabkan oleh
pandangan dualistiknya yang membagi kenyataan menjadi subyek-obyek,
spiritual-material, manusia-dunia, dsb. Kedua, manusia cenderung menjadi obyek
karena pandangan modern yang obyektivistis dan positivistis.Ketiga, ilmu-ilmu
positif-empiris menjadi standar kebenaran tertinggi. Keempat, materialisme.
Kelima, militerisme. Keenam, kebangkitan kembali tribalisme (mentalitas yang
mengunggulkan kelompok sendiri.
Istilah
postmodern di luar bidang filsafat muncul lebih dulu. Rudolf Pannwitz, dalam
bukunya tentang krisis kebudayaan Eropa tahun 1947 menggunakan istilah manusia
postmodern yang ciri-cirinya sehat, kuat, nasionalistis, religius, yang muncul
dari nihilisme dan dekadensi nihilisme Eropa. Ia merupakan cermin kemenangan
atas kekacauan yang menjadi ciri khas modernitas.
Dalam
perspektif filosofis istilah postmodern baru digunakan tahun 1979, dan bukan
didorong oleh postmodern di Eropa yang berlatarbelakang arsitektur, melainkan
dirangsang oleh diskusi tentang problem sosiologis masyarakat postindustri di
Amerika Utara. Dalam konteks ini Jean-Francois Lyotard membuat laporan untuk
Dewan Universitas Quebec tentang perubahan-perubahan di bidang pengetahuan pada
masyarakat industri maju karena kemajuan teknologi informasi baru. Laporan itu
terbit dalam bukunya yang disebut di atas tahun 1979.
Laporan inilah yang menjadi titik tolak diskusi-diskusi filosofis tentang
postmodernisme (Jurnal Filsafat, 1990: 9-10).
Ciri-ciri
terpenting postmodernisme adalah (1) relativisme, dan (2) mengakui pluralitas.
Pada modernisme, pengetahuan merupakan suatu kesatuan yang didasarkan pada
cerita-cerita besar (grand narratives) yang menjadi ide penuntun sampai ke
penelitian-penelitian paling mendetil. Tapi postmodernisme merelatifkan semuanya.
Menurut para postmodernis, tidak ada suatu norma yang berlaku umum. Tiap bagian
mempunyai keunikan sehingga tak dapat menerima pemaksaan ke arah penyeragaman.
Dengan demikian, postmodernisme mengakui pluralitas dan hak hidup individu atau
unsur lokal (Sugiharto: 1996, 30-33)
Tokoh-tokoh
postmodernisme terpenting, selain Lyotard, adalah Jacques Derrida, Richard
Rorty, dan Michel Foucoult.
BAB
III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam
perkmbangannya filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik meliputi filsafat Yunani dan Romawi
pada abad ke-6 SM dan berakhir pada 529 M dominasi oleh rasionalisme. Filsafat abad pertengahan meliputi pemikiran Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M
dan berakhir pada abad ke-15 M didominasi dengan doktrin-doktrin
agama Kristen. Filsafat modern dan filsafat
kontemporer yang didominasi kritik terhadap filsafat
modern.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah mengenai sejarah
filsafat berdasarkan kurun waktu, diharapkan untuk tidak pernah puas terhadap
makalah yang telah dibuat, karena filsafat memiliki cakupan yang sangat luas,
untuk itu pembaca hendak mencari sumber lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar